Dalam berkeluarga, kita sangat disarankan harus melakukan lima kegiatan ekonomi yaitu Berbisnis, Bekerja, Menabung (uang dan emas), Membeli properti/lahan/petak tanah, dan Berinvestasi.
5 kegiatan di atas tidak harus dilakukan berbarengan dalam satu waktu. Bahkan ke depannya kita akan membahas strategi ekonomi keluarga setahap demi setahap.
Bisnis
Kita mulai dari BISNIS. Apa itu BISNIS? BISNIS pada hakikatnya kita bekerja untuk diri kita sendiri. Kita menggaji diri kita sendiri. Tugas utama kita adalah MENGEMBANGKAN USAHA.
Apa yang dimaksud mengembangkan usaha? Sebagai contoh, jika kita usaha jualan bakso pakai gerobak. Kita harus menargetkan tahun depan sudah punya dua gerobak. Yang dorongnya saudara kita dari kampung halaman. Tahun depannya punya tiga. Tahun depannya lagi langsung lima. Dan begitu seterusnya.
Jadi keuntungan bisnis kita jangan pernah kita makan. Kita harus putar lagi. Dijadikan modal lagi. Barang yang menjadi modal untuk menghasilkan uang disebut ASET. Sedangkan barang yang tidak menghasilkan uang, apalagi sampai perlu uang untuk perawatannya, disebut BEBAN.
Mengembangkan Usaha
Jadi MENGEMBANGKAN USAHA itu artinya MENINGKATKAN ASET. Aset itu contohnya gerobak bakso, restoran, toko, pabrik, dll. Mobil yang digunakan untuk jualan, beli bahan baku, mengirim pesanan konsumen, dan sejenisnya adalah ASET. Sedangkan sepatu sekalipun kalau digunakan untuk pamer, berbangga-bangga di hadapan manusia, dll disebut BEBAN.
Jika keuntungan harus terus kita putar menjadi modal/aset dan tidak boleh kita makan, lalu kita makan dari mana? Di sinilah yang disebut sebagai MENGGAJI DIRI SENDIRI. Jadi seberapa besarpun keuntungan kita, uang yang kita ambil tetap nominalnya. Jangan tertipu untuk mengambil lebih.
Menggaji Diri Sendiri
Berapa nominal uang yang pas untuk MENGGAJI DIRI SENDIRI? Besarnya gaji diri kita dari bisnis kita sendiri sepatutnya sama dengan kebutuhan kita. Misalkan kita maunya digaji bulanan. Maka dihitung sebulan itu berapa kita beli beras, lauk, sayur, buah, sabun mandi, sabun cuci, listrik, bensin, sekolah anak, dll. Tiap orang angkanya bisa berbeda-beda dan kebutuhannya pun berbeda-beda.
Misalkan, bagi sebagian orang, jalan-jalan seminggu sekali itu kebutuhan. Bagi sebagian orang lagi, jalan-jalan itu bukan kebutuhan. Yang dia butuhkan adalah membeli buku bacaan setiap bulan. Dengan demikian, jenis kebutuhan dan nominal uang yang dibutuhkan pasti berbeda-beda.
Menghitung Kebutuhan
Marilah kita mulai menghitung kebutuhan asli kita berapa? Dan HARUS DICATAT/DITULIS. Setelah dapat angka totalnya, tambahkan 10-30% untuk tabungan kesehatan.
Misalkan kebutuhan kita sekeluarga sebulan adalah 4juta (sudah termasuk tabungan kesehatan). Lalu bagaimana jika pemasukan dari BISNIS kita kurang dari itu? Solusinya hanya dua:
A. Menurunkan standar kebutuhan kita.
B. Meningkatkan pemasukan dari BISNIS kita.
Tapi, jangan sembarangan menurunkan standar kebutuhan. Makan bergizi, sekolah anak, listrik, kuota internet dan kebutuhan dasar lainnya sebisa mungkin jangan dikurangi. Mungkin beli buku bacaan bisa dikurangi jadi dua bulan atau tiga bulan sekali. Begitupun jalan-jalan bisa dikurangi jadi dua minggu atau malah sebulan sekali. Di sinilah pentingnya menuliskan/mencatat kebutuhan kita. Sehingga pengaturan strategi keuangan bisa lebih tepat.
Dengan demikian, kita harus selalu berusaha meningkatkan pemasukan kita. Misalkan bisnis kita adalah warung bakso. Peningkatan yang bisa kita lakukan di antaranya:
A. Menambah cabang warung bakso dari satu menjadi dua.
B. Memperbesar warung bakso dari 10 kursi jadi 20 kursi.
C. Membuat konter jus dan es campur. Sehingga orang yang beli bakso bisa membeli jus dan es campur juga. Yang mau beli jus saja tanpa beli bakso pun dilayani juga.
Hal itu berlaku juga pada bisnis lain. Yaitu ada 3 strategi pengembangan bisnis:
A. Menambah
B. Memperbesar
C. Membuat bisnis lain (diferensiasi)
Tingkatan Pengembangan Usaha
Sampai seperti apa kita harus mengembangkan usaha? Usaha kita harus berkembang sampai jika kita sakit, kita tetap dapat penghasilan dari bisnis kita.
Misalkan awalnya kita dorong gerobak bakso sendiri. Kita bikin bakso sendiri, belanja bahan sendiri, dorong gerobak sendiri, catat keuangan sendiri dst. Lalu setelah ada tiga gerobak, kita sudah tidak dorong bakso. Kita masih belanja dan bikin bakso sendiri. Setelah lima gerobak, kita mampu menggaji karyawan untuk bikin bakso. Kita hanya belanja dan mencatat keuangan saja. Ketika sepuluh gerobak, kita hanya mengawasi dan mengatur strategi.
Kalau kita sudah sampai pada tingkatan hanya mengawasi dan mengatur strategi, inilah yang disebut pemasukan pasif (PASSIVE INCOME). Kita sudah bisa berlanjut ke kegiatan selanjutnya yaitu menabung uang dan emas.
Bagaimana strategi menabung uang dan emas? Untuk apa kita bekerja? Apa beda bisnis dengan INVESTASI? Tunggu pembahasan selanjutnya.
Oleh: Beta Sagita, S.T.P (Ketua Bidang Kewirausahaan Himpunan Alumni IPB Kab. Bogor, Pelaku UMKM Kuliner)