لو أنكم توكلون على الله تعالى حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير تغدوخماصا وتروح بطانا
Jika kamu sungguh bertawakal dengan sebenar2nya tawakal, Allah akan memberimu rizqi sebagaimana Allah memberi burung rizqi. Pagi hari pergi dalam keadaan lapar. Sore hari pulang dalam keadaan kenyang. (Hadits riwayat Imam Ahmad dan AtTirmidzi).
Pelajaran yang bisa diambil:
Tawakal (berserah diri kepada Allah) merupakan sebab datangnya rizqi. Allah berfirman:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.
(QS. At-Talaq 65: Ayat 3)
Setiap makhluk telah Allah tetapkan rizqinya. Allah berfirman:
وَمَا مِنْ دَاۤ بَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).
(QS. Hud 11: Ayat 6)
CATATAN PENTING!!! Tawakal harus dibarengi dengan usaha. Dalam hadits di atas jelas sekali bahwa tawakal yang benar adalah tawakalnya burung. Dia pergi pagi pulang sore dalam rangka mencari nafkah. Jadi burung juga usaha dulu baru dapat rizqi. Dan tawakal cara burung inilah yang disebut tawakal yang sebenar2nya. Allah berfirman:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ ۗ وَاِذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 11)
Hadits ini tidak menandakan bahwa mencari nafkah hanya dilakukan pagi sampai sore saja. Sebagian pekerjaan memang harus dilakukan malam hari. Allah berfirman tentang alasan dibalik tidak wajibnya shalat sunnah malam (tarawih, tahajjud, witir) salah satunya karena ada juga yang sedang pergi mencari rizqi. Allah berfirman:
اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَ نِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَ ۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِ ۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰى ۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙ وَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ هُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًا ۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 20)
Hanya saja memang mencari nafkah yang terbaik adalah dimulai di pagi hari. Rasulullah berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya. (Hadits riwayat Imam Abu Dawud dan AtTirmidzi)
Seorang shahabat Nabi yang bernama Shakr AlGhamidi radhiallahu anhu setelah mengetahui doa Nabi itu beliau mengirim dagangannya selalu pagi hari. Maka beliaupun menjadi pedagang sukses dan banyak hartanya.
Hadits ini juga bukan berarti kita harus makan sehari habis sehari. Adanya kewajiban zakat pada emas dan perak yang disimpan selama setahun menandakan bahwa menyimpan tabungan berupa emas dan perak sudah biasa dilakukan di zaman Nabi. Dalam hadits disebutkan:
فَكَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَعْزِلُ نَفَقَةَ أهلِهِ سَنَةً
Rasulullah menyimpan nafkah untuk kebutuhan keluarga selama setahun. (Hadits riwayat Imam AlBukhari dan Muslim)
Seorang muslim harus mempersiapkan sesuatu untuk digunakan di saat yang tidak terencana/terduga sebelumnya. Allah berfirman:
وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَـيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْ ۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمُ ۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْ ۗ وَمَا تُـنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْـتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ
Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 60)
Seorang muslim juga wajib melakukan tindakan pencegahan (preventif) sebelum bertawakal. Di dalam hadits disebutkan:
قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُرْسِلُ نَاقَتِيْ وَأََتَوَ كُّلُ قَالَ : اِغْقِلهَا وَتَوَ كَّلْ
Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah kemudian bertawakkallah”. (Hadits riwayat Imam Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Dalam Islam, harta tidak hanya didapat dengan cara bekerja. Namun halal juga harta yang dihasilkan dari pengelolaan aset kita oleh orang lain. Dalam hadits disebutkan:
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ دَفَعَ إِلَى يَهُودِ خَيْبَرَ نَخْلَ خَيْبَرَ وَأَرْضَهَا عَلَى أَنْ يَعْتَمِلُوهَا مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَلِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَطْرُ ثَمَرِهَا.
Dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bahwa beliau menyerahkan kepada bangsa Yahudi Khaibar kebun kurma dan ladang daerah Khaibar, agar mereka menggarapnya dengan biaya mereka sendiri, dengan perjanjian, Rasulullah mendapatkan separuh hasil panennya. (Hadits riwayat Imam Muslim)
Jika kita ingin berjual-beli atau bekerjasama dalam bisnis, hendaknya jangan pasrah begitu saja. Tapi tetap dilakukan pengecekan. Sudah dijelaskan bahwa tawakal yang benar harus dibarengi usaha. Dan salah satu jenis usaha adalah melakukan pengecekan dan pengawasan. Dalam hadits disebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي (روه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallapernah melewati gundukan bahan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai penjual bahan makanan?”. Sang penjualnya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di atas bahan makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia tidak termasuk pengikutku”. (Hadits riwayat Imam Muslim)
Wajib diimani bahwa seberapapun besar usaha kita, sesungguhnya nikmat yang Allah berikan jauh lebih besar dibandingkan yang kita usahakan. Allah berfirman tentang bantuannya kepada orang-orang yang mencari nafkah:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنْ يُّرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرٰتٍ وَّلِيُذِيْقَكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِاَمْرِهٖ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran) Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan agar kamu merasakan sebagian dari rahmat-Nya dan agar kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 46)
Allah juga mengingatkan bahwa tanpa bantuan Allah, terputuslah rizqi mereka:
اِنْ يَّشَأْ يُسْكِنِ الرِّيْحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلٰى ظَهْرِهٖ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّـكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
Jika Dia menghendaki, Dia akan menghentikan angin, sehingga jadilah (kapal-kapal) itu terhenti di permukaan laut. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang selalu bersabar dan banyak bersyukur,
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 33)
Haram meyakini bahwa keberhasilan atau kesuksesannya adalah hasil usahanya sendiri atau hasil ilmu yang dia miliki. Allah berfirman:
قَالَ اِنَّمَاۤ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ ۗ اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهٖ مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَّاَكْثَرُ جَمْعًا ۗ وَلَا يُسْـئَلُ عَنْ ذُنُوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ
Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku”. Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 78)
Jadi, usaha itu hanyalah sebab yang wajib dilakukan seorang muslim. Adapun hasilnya, adalah urusan Allah. Seorang muslim hanya diperintahkan berusaha sebaik-baiknya sesuai amanah yang dibebankan kepadanya. Rasulullah bersabda:
يحب الله العامل إذا عمل أن يحسن
Allah cinta kepada seorang pekerja yang jika dia bekerja, dia lakukan dengan baik. (Hadits riwayat Imam AtThabrani)
Bahkan jikalau sekalipun dia dalam keadaan genting. Segala usaha tampak akan sia-sia dan kebinasaan seolah-olah bisa dipastikan akan datang. Tetap wajib dia berusaha. Rasulullah bersabda:
اِن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِى يد اَحَدكُمْ فسيلةٌ . فَاِن اسْتَطَاع انْ لاَتَقُؤمُ حَتّى يَغْرُسُهَا .
Kendatipun hari kiamat akan terjadi, sementara di tangan salah seorang di antara kamu masih ada bibit pohon kurma, jika ia mampu, jangan sampai hari kiamat terjadi sebelum ia menanamnya. (Hadits riwayat Imam Ahmad dan para ulama lainnya)
والله أعلم
والله الموفق إلى أقوام الطريق
Oleh : Abah Beta Sagita