Lebih baik mana? Menggunakan dana untuk bisnis, atau dananya ditabung? Kalau dipakai bisnis lalu gagal, habis donk uangnya? Apa sebaiknya ditabung saja? Lebih baik menabung rupiah, dollar, atau emas? Tapi kalau cuma ditabung, sekarang sudah tidak kerja (PHK atau non-job). Nanti uangnya habis. Dilema. Adakah di antara kita yang pernah mengalami dilema ini?
Manajemen Tabungan
Jangankan korban PHK atau freelancer yang sedang non-Job. Sering orang bekerja dengan gaji yang minim di bawah kebutuhan hariannya. Sesekali dia dapat uang dari hadiah lomba, warisan, atau bonus tak terduga dari boss. Jika hanya ditabung, uangnya habis. Tetap saja hidupnya susah. Tapi memulai bisnis, kalau gagal malah uangnya hangus.
Apa benar uangnya hangus? Misalkan dia buka warung kopi. Anggap saja gagal. Tidak laku. Berbulan-bulan konsumennya cuma satu atau dua per hari. Bukankah dia masih punya kompornya? Punya tabung LPGnya? Punya teko/ceretnya? Punya gelasnya? Punya mejanya? Punya bangkunya? Lalu yang hangus apa?
Begitu pula kopinya tahan disimpan lama. Gulanya tahan disimpan lama. Sabun cucinya tahan disimpan lama. Itupun karena kita belinya di grosiran, maka harga yang kita dapatkan lebih murah.
Ilustrasinya begini. Misalkan kopi merk tertentu harganya satu bungkus/sachet 1.500. Satu renceng (10 sachet) 12.000. Satu dus (12 renceng) 120.000.
Seorang buruh pabrik terbiasa beli kopi 3 renceng tiap bulan. Maka setahun dia keluarkan uang untuk 36 renceng seharga 432.000. Suatu ketika dia dapat hadiah lomba 17 Agustusan (Perayaan Kemerdekaan Indonesia). Maka dia buka warung kopi kecil-kecilan di depan rumahnya. Ternyata tidak laku padahal dia sudah beli kopi 3 dus senilai 360.000. Akhirnya dia konsumsi sendiri setiap hari.
Dalam ilustrasi di atas, sebenarnya si buruh itu sudah menghemat 72.000 setahun. Itu baru pada kopi. Kalau dia juga jualan yang lain-lain, maka sekalipun gagal tidak laku, dia bisa berhemat. Jika suatu perbuatan gagalnya saja lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali, maka lakukanlah perbuatan itu. Ini seharusnya menjadi prinsip hidup.
Belum lagi pengalaman. Kalaupun warung soto Anda tidak laku dagangannya, Anda sudah kenal tukang ayam yang murah. Anda sudah tahu tukang cabe yang murah. Anda sudah tahu trik-trik agar soto panasnya lama. Dan lain-lain. Sudah praktik langsung. Jauh lebih terampil dibanding orang yang baru belajar dari youtube. Investor yang waras tentu lebih memilih Anda dibanding orang yang belum punya pengalaman.
Tingkat Kemapanan
Jadi lebih baik uangnya dipakai berbisnis dibanding menabung? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada pengetahuan dasar yang harus kita ketahui bersama. Tingkatan kemapanan seseorang itu ada empat tahapan:
RAWAN
AMAN
NYAMAN
MAPAN
Tingkatan RAWAN adalah kondisi di mana pemasukan pasif kurang dari kebutuhan hidup kita. Sehingga kebutuhan hidup dipenuhi dari pemasukan aktif, utang, atau sumbangan orang.
CATATAN: Definisi paling tepat dari pemasukan pasif adalah suatu pemasukan yang tetap masuk sekalipun kita sakit. Jadi sekedar berbisnis tapi kecil, belum disebut pemasukan pasif.
Misalkan kita buka warung soto. Yang masak kita sendiri. Pegawai hanya melayani pembeli saja. Kalau kita sakit, tidak ada yang bisa masak soto menggantikan kita. Ini masih pemasukan aktif. Orang yang sudah memiliki pemasukan pasif kerjanya hanya mengawasi dan mengatur strategi.
Tingkatan AMAN adalah suatu kondisi di mana pemasukan pasif sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Tingkatan NYAMAN adalah kondisi AMAN plus/ditambah punya tabungan.
Tingkatan MAPAN adalah kondisi NYAMAN plus investasi.
Jika melihat pemaparan ini, seolah-olah menabung itu kalau sudah AMAN. Sebelum AMAN jangan punya tabungan. Tidak seperti itu. Tabungan kita bagi dua jenis.
- Tabungan sebelum nyaman (Pra-Nyaman)
- Tabungan setelah aman (Pasca-Aman)
Untuk memudahkan perhitungan, misalkan kita ambil gaji owner (pemilik usaha) tiap pekan/minggu. Maka tabungan Pra-Nyaman terdiri dari:
A. Tabungan kebutuhan hidup bulanan. Misalkan bayaran sekolah anak 400.000/bulan. Satu bulan ada 4 pekan. Maka tiap pekan kita harus anggarkan 100.000 yang kita tabung untuk bayaran sekolah anak.
B. Tabungan kebutuhan hidup tahunan. Misalkan kita anggarkan tiap tahun harus berlibur ke luar kota. Atau mungkin tiap tahun harus ganti perabotan rumah yang mulai lapuk. Biaya yang diperlukan 5.000.000/tahun. 1 tahun ada 52 pekan. Anggap saja 50 pekan. Maka tiap pekan kita harus anggarkan 100.000 yang kita tabung untuk keperluan itu.
C. Tabungan kebutuhan hidup jangka panjang. Misalkan 10 tahun lagi mau naik haji plus. Biaya-biaya yang diperlukan sudah dihitung dengan embel-embelnya (ONH, jajan di sana, biaya syukuran, dll) adalah 150.000.000 (150 juta). Maka per tahun harus menabung 15 juta. Dengan demikian tabungan tiap pekan adalah 300.000.
D. Tabungan kesehatan. Besarnya 10-30% dari kebutuhan hidup mingguan. Misalkan tiap minggu kita butuh uang untuk makan, tabungan bayaran bulanan sekolah, tabungan pergantian perabotan rumah, tabungan listrik bulanan, dll sebanyak 1.000.000 maka tabungan kesehatannya 100.000-300.000/pekan. Jadi gaji owner pekan itu misalkan dia patok 1.300.000 maka boleh saja.
Adapun tabungan Pasca-Aman terdiri dari:
A. Tabungan rupiah atau mata uang lain yang berlaku di tempat kita tinggal. Besarannya kira-kira 3 sampai 6 kali lipat dari kebutuhan bulanan kita. Mengapa? Karena jika pemasukan dari bisnis kita tiba-tiba berkurang atau bahkan 0, kita masih bisa membiaya keluarga sampai tiga bulan ke depan minimal. Sambil kita berpikir mengatur strategi, mencari peluang-peluang baru, berkonsultasi atau menjalin kerjasama dengan pihak lain, dan sebagainya. Misalkan karena ada toko baru sehingga pembeli di toko kita belanjanya pindah. Kalau tidak ada tabungan, sering keputusan kita kalap, kurang ilmu/info, terburu-buru, dll yang mengakibatkan kerusakan ekonomi malah makin menganga.
B. Tabungan emas. Tabungan uang sifatnya mudah dikeluarkan tanpa biaya yang berarti (paling hanya administrasi bank). Adapun tabungan emas tergerus perbedaan harga jual dan beli. Selain ada ongkos (transportasi dan jajan) karena emas hanya bisa ditukar jadi rupiah di toko emas tertentu atau outlet PT Aneka Tambang.
Namun secara jangka panjang, bisa jadi harga saat kita menjual lebih tinggi dibanding ketika kita beli. Tapi jangan terkecoh. Emas sebenarnya harganya tidak meningkat. Harga emas itu stabil. Sudah puluhan tahun saya amati, harga 1 gram emas kurang lebih = 50 kg beras bagus. Mungkin terkadang lebih atau kurang dari 50 kg tapi tidak banyak berbeda.
C. Tabungan properti (tanah, sawah, toko, dll). Untuk rumah pertama kita, hendaknya dimasukkan ke dalam tabungan Pra-Nyaman berupa tabungan kebutuhan hidup jangka panjang. Tapi petak kontrakan, toko, sawah, kebun, lahan kosong, dll kita masukan ke tabungan jenis ini.
Saran yang sangat saya sarankan, tabungan properti ini JANGAN SAMPAI DIJUAL. Loh kan ini namanya tabungan? Kalau sedang butuh, dapat uang darimana kalau tidak dijual?
Kita akan bahas bagaimana menghasilkan uang dari tabungan properti dan kapan uang itu harus kita dapatkan. Sebagai catatan, tabungan properti beda dengan bisnis properti. Kalau bisnisnya memang jual-beli properti, maka itu bukan tabungan. Ya itu bisnis. Masuknya di pembahasan kemarin-kemarin. Sama saja jika orang bisnisnya jualan perhiasan emas atau mata uang asing. Tidak berlaku saran-saran dalam ilmu tabungan ini.
Adapun pembahasan sekarang mengenai properti yang dijadikan sebagai tabungan. Peroperti bisa diuangkan dengan 2 cara:
A. Digadaikan
B. Dijual
Kapan properti digadaikan? Salah satunya ketika kita ingin meningkatkan bisnis kita. Sebagaimana di tulisan sebelumnya, cara meningkatkan bisnis ada 3:
A. Menambah cabang
B. Memperbesar
C. Membuat bisnis lain (diferensiasi)
Dana peningkatan bisnis sebenarnya bisa saja dimasukkan dalam hitungan pengeluaran perusahaan dengan perhitungan sebagaimana tabungan Pra-Nyaman (sudah dianggarkan semenjak tahapan rawan). Namun terkadang ada peluang-peluang tak terduga yang tidak direncanakan sebelumnya. Di sinilah properti bisa menyediakan dana segar untuk mengambil peluang itu.
Gadai Properti
Gadai properti juga bisa dilakukan jika ada musibah tak terduga. Misalkan ada anggota keluarga yang sakit dan pengobatannya hanya memungkinkan di luar negeri dengan biaya yang mahal. Maka kita bisa gadaikan properti.
Jika kita tidak mau gadai yang riba, bisa saja kita gadaikan properti itu kepada saudara, tetangga, atau teman kita yang mampu. Hanya saja keuangan mereka ada batasnya. Misalkan tetangga kita bisa penjamkan uang 100 juta tapi uangnya sekarang baru ada 50 juta. Akhir tahun baru ada 50 juta lagi. Maka di sinilah tabungan uang dan emas bisa digunakan. Untuk menambal sementara biaya pengobatan sampai akhir tahun.
Gadai itu kan kita berutang. Dari mana bayarnya? Orang yang sudah dalam tahapan nyaman, setiap pekan atau bulan memang memiliki anggaran untuk menabung. Misalkan semua kebutuhan kita dan pengeluaran perusahaan per bulan 50juta. Tiap bulan saldo dari usaha kita selalu di atas 60 juta. Nah selisihnya itu yang selama ini ditabung. Artinya, hanya perlu waktu 10 bulan, utang kita ke tetangga lunas, dan kita bisa mulai mengisi tabungan rupiah dan emas kita kembali.
Mengapa digadaikan? Mengapa tidak dijual saja? Karena dikhawatirkan kita bisa jual tapi tidak bisa beli lagi. Mengapa? Karena properti itu terbatas. Sedangkan jumlah manusia terus bertambah. Peningkatan harga sangat ekstrim tiap tahunnya.
Kalau peningkatan harga properti sangat ekstrim, berarti bagusnya kita langsung menabung properti? Tidak. Urutan tabungan Pasca-Aman adalah uang (rupiah), emas, dah properti. Urutan ini tidak bagus kalau dibolak-balik.
Kita sudah katakan bahwa properti ini dijadikan uang dalam kondisi tak terduga. Jika properti (misalkan tanah) dijual dalam kondisi tersebut itu namanya BU (butuh uang). Dalam kondisi BU, harga properti anjlok.
Jadi kalau perlu 500juta untuk transplantasi ginjal, di negara kita belum pernah saya ketemu orang berkata, “Aduh kasihan ya. Ya udah ini aku kasih 600juta aja. 500juta buat beli tanah, 100juta buat bantu2 kamu”. Jangan-jangan yang ada, “Udah jual aja 300juta aja ke saya. Bawa dulu ibu kamu transplantasi ginjal ke India. Kan yang penting bis bayar DP dulu ke rumah sakit. Nanti sisanya bisa kamu pikirin lagi. Mau 300 juta ga nih? Buruan buat DP rumah sakit. Kamu mau ibu kamu keburu mati?”.
Maka itu memiliki tabungan uang dan emas didahulukan. Jadi jika kita mau menggadaikan properti tanpa riba ke tetangga kita misalkan. Kita bisa menunggu sampai harganya bagus.
Oleh: Beta Sagita, S.T.P
(Ketua Bidang Kewirausahaan Himpunan Alumni IPB Kab. Bogor, Pelaku UMKM Kuliner)