Mengapa Kita Berbisnis

Pada pembahasan di artikel sebelumnya yaitu 5 pilar ekonomi keluarga, kita sudah paparkan tentang kegiatan BISNIS. Tujuan kegiatan bisnis setidaknya ada dua yang utama yaitu meningkatkan aset dan menggaji diri sendiri.

Hal ini berbeda dengan bekerja. Bekerja hanya mendapatkan gaji. Tapi aset yang meningkat adalah aset perusahaan tempat kita bekerja. Bukan aset milik kita sendiri.

Meningkatkan Aset

Gambarannya begini… Anda kerja di sebuah pabrik sebagai manager pabrik. Karena kepiawaian Anda memimpin pabrik, pabrik untung besar. Dalam rapat pemegang saham, diputuskan untuk membuat pabrik satu lagi.

Anda mungkin dinaikkan gajinya. Bahkan mendapat bonus. Tapi aset yang meningkat (satu pabrik jadi dua pabrik) adalah milik perusahaan tempat Anda bekerja.

Jika Anda sakit, awalnya Anda masih diberi gaji. Namun jika sakit berkepanjangan, posisi Anda mendapat uang kerahiman namun Anda harus digantikan oleh orang lain. Karena harus ada yang mengerjakan pekerjaan itu. Anda diistirahatkan di rumah.

Jika Anda berbisnis misalkan sekedar punya toko sembako. Anda juga dapat gaji yaitu menggaji diri sendiri sebagai penjaga toko Anda sendiri. Ketika Anda sakit, posisi Anda sebagai penjaga toko memang harus digantikan. Misalkan oleh adik Anda atau tetangga Anda. Namun posisi sebagai owner (pemilik usaha) tetap. Dan karenanya Anda tetap bisa mengambil gaji owner.

CATATAN PENTING: Agar bisa membayar pegawai namun tetap dapat gaji owner, Anda harus memiliki pola pikir yang besar. Bercita-citalah agar bisnis Anda berkembang. Selalu berusahalah untuk menumbuhkan usaha Anda.

Tujuan Bisnis

Berdasarkan catatan di atas, sebenarnya bisnis memiliki berbagai tujuan mulia yang sulit terdapat jika kita sekedar bekerja. Misalkan di antaranya:

  1. Kita bisa membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang.
  2. Kita bisa menyediakan barang atau jasa sesuai kebutuhan masyarakat.
  3. dll.

Membuka Lapangan Pekerjaan

Kita bahas yang pertama dulu. Niatkanlah kita berbisnis untuk membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sebanyak-banyaknya. Apalagi jika kita pernah merasakan pahitnya tidak punya pekerjaan atau di-PHK. Harusnya kita terpicu agar jangan sampai ada orang yang mengalami nasib pahit seperti yang pernah kita alami.

Karena niat baik tersebut, janganlah kita pernah puas dalam berbuat kebaikan. Jika usaha kita sekarang belum punya pegawai, kembangkan sampai punya 1 atau 2 pegawai. Kembangkan lagi sampai punya 5 pegawai, 10 pegawai, bahkan 20 pegawai.

Pelaku UMKM di Indonesia sudah lebih dari 60 juta. Jika 10% nya saja mau dan berusaha meningkatkan usahanya sampai memiliki 20 pegawai, maka sudah ada 120 lapangan pekerjaan yang terisi. Itu artinya, pemerintah tidak perlu pusing lagi mengurusi masalah pengangguran. Maka hakikatnya, pola pikir dan perilaku seperti inilah wujud nyata dari membantu negara kita.

Janganlah tinggi-tinggi kita berpikir negara. Apakah saudara kita tidak butuh pekerjaan? Saudara ipar kita? Sepupu kita? Tetangga kita? Orang-orang di kampung sebelah kita? Anak-anak yang beranjak dewasa? Santri-santri dhuafa? Janda-janda beranak banyak? Dll.

Menyediakan Barang dan Jasa

Kita bahas yang kedua. Bisnis ini membantu menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Dari kalimat ini, kita mendapatkan resep bagus untuk menjawab pertanyaan, “Saya masih bingung mau bisnis apa”. Jawabannya, “DIMANA ADA KESULITAN, DI SANA ADA JALAN”.

Kaidahnya sudah sering kita dengar. Namun pola pikir kita membuat kaidah itu tidak diamalkan secara aktif (bergerak). Jika memang ada jalan, ya cari jalannya. Kalau sudah ketemu, ya lalui. Ini baru namanya aktif.

Untuk memudahkan, kita langsung ke contoh. Di Jakarta, harga rumah mahal. Banyak orang tidak sanggup beli rumah. Menyewa kosan pun hanya sanggup yang murah. Akibatnya kosannya tidak punya dapur. Padahal mereka pasti butuh makan. Ini KESULITAN.

Dimana ada kesulitan, disana ada jalan…

Kaidahnya, DIMANA ADA KESULITAN, DI SANA ADA JALAN. Kesulitan sudah ada. Maka di situlah jalan akan kita temukan. Dalam hal ini beberapa kemungkinan jalan keluar (solusi)nya adalah kita menjual makanan jadi siap santap. Bisa warung nasi, warung soto, gerobak bakso, jual roti keliling, dan semisalnya.

Contoh lainnya, dalam masa pandemi Covid19 begini, banyak orang bawa virus namun tanpa gejala sakit. Sehingga tiap-tiap orang perlu melindungi dirinya ketika pergi ke luar rumah. Dalam hal ini beberapa kemungkinan jalan keluarnya adalah kita jualan masker, sarung tangan, alat pembuka pintu (hygiene hook), pelindung muka (face shield), kotak sterilizer UV, dan lain sebagainya.

Jika ada yang bertanya, “Kalau begitu bekerja itu tidak ada manfaatnya donk?” atau “Saya di-PHK padahal sudah sepuluh tahun bekerja di perusahaan itu. Apakah 10 tahun yang saya alami ini kesia-siaan?”. Maka kita jawab, “Berbisnis dan bekerja masing-masing punya manfaat tersendiri. Bahkan pekerjaan yang kita miliki sekarang atau dulu pernah kita miliki (sekarang di-PHK) memiliki beberapa manfaat yang berguna saat kita memulai dan membangun bisnis.

Apa saja manfaat itu? Apa benar bisa memberikan manfaat besar dalam bisnis para pemula? Simak pembahasan selanjutnya.


Oleh: Beta Sagita, S.T.P (Ketua Bidang Kewirausahaan Himpunan Alumni IPB Kab. Bogor, Pelaku UMKM Kuliner)

>>> Silahkan Share artikel diatas, dengan mengklik aplikasi di bawah ini ::

Mungkin Anda Menyukai