Nadiem Makarim, Pendiri Gojek

Akademi UMKM – Nadiem Anwar Makarim resmi menjadi Menteri Pendidikan pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Pria berumur 35 tahun ini dikenal sebagai pendiri Gojek, perusahaan startup yang berhasil dan kini telah berstatus sebagai decacorn.

Biografi Nadiem Makarim Pendiri Gojek

Nadiem Makarim lahir pada 4 Juli 1984. Nadiem Makarim mulai bersekolah SD di Jakarta, kemudian lulus SMA nya di Singapura. Nadiem kemudian melanjutkan pendidikannya di jurusan International Relations di Brown University, Amerika Serikat. Dan selama setahun ia menjalani program Foreign Exchange di London School of Economics. Nadiem kemudian melanjutkan studinya di Harvard Business School, Harvard University dan lulus dengan menyandang gelar MBA (Master of Business Administration).

Nadiem Makarim kemudian pernah bekerja di sebuah perusahaan konsultan ternama Mckinsey & Company di Jakarta. Ia menghabiskan masa selama tiga tahun bekerja di sana. Diketahui pula Nadiem pernah bekerja sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia, kemudian menjadi Chief Innovation Officer di Kartuku.

Awal Mula Gojek

Nadiem mengaku sebagai pemakai setia ojek. Jasa transportasi roda dua tersebut menjadi andalannya dalam menembus macet lalu lintas Jakarta. Mobilnya ditinggal di rumah. Nadiem lebih memilih menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke kantor ketimbang mengunakan mobil pribadi. Dikarenakan merasa lebih aman, tingkat kecelakaan pada pemakai ojek sangat kecil. Bahkan Nadiem hampir 5 kali sehari naik ojek. Selama memakai jasa ojek, ia tidak pernah mengalami kecelakaan. Berbeda saat Nadiem memakai taksi, dirinya pernah dua kali kecelakaan, kendaraan pribadi tiga kali kecelakaan, dan naik motor pribadi satu kali kecelakaan.

Melihat Permasalahan pada Ojek Pangkalan (Riset)

Lantaran sering memakai jasa ojek, Nadiem pun sering ngobrol dengan para tukang ojek langganannya. Seluk-beluk perjuangan tukang ojek yang bekerja 14 jam, dari jam 8 pagi sampai 10 malam tidak ketemu anak istri. Sering juga dapat penumpang 4 kali dalam sehari.

Dari hasil obrolan dan pengamatannya, Nadiem mengetahui bahwa sebagian besar waktu tukang ojek banyak habis untuk mangkal dan menunggu penumpang. Saat di pangkalan ojek, biasanya tukang ojek bergiliran dengan tukang ojek lainnya. Sudah giliran, kadang penumpang juga sepi.

Sementara dari sisi pemakai jasa, keamanan dan kenyamanan ojek belum terjamin 100 persen. Di sisi lain para pengguna ojek juga merasa malas untuk berjalan mencari pangkalan ojek. Di kota-kota besar, orang lebih suka memakai taksi karena lebih mudah dicari dan dihubungi.

Ide Sederhana (Inovasi) yang kemudian Berkembang Pesat

Dari hasil riset itulah Nadiem mendapatkan ide membuat inovasi bagaimana orang dapat dengan mudah memesan ojek via ponsel tanpa harus repot ke pangkalan ojek, jadi orang yang jauh dengan pangkalan ojek pun dapat menikmatinya. Tukang ojek sendiri tidak harus mangkal. Buat penumpang, memakai ojek juga lebih aman karena jelas dan terdaftar.

Ide Nadiem ini juga sejalan dengan salah satu tugas kuliah saat mengambil gelar Master di Harvard Business School. Saat awal merintis bisnis, ia hanya memiliki 10 karyawan dan 20 tukang ojek.

Kecintaannya terhadap jasa tukang ojek mengantarkannya menjadi pengusaha. Pada 2011, saat masih bekerja sebagai seorang pegawai, Nadiem perlahan merintis Gojek. Berdirilah PT Gojek Indonesia. Perusahaan yang didirikan Nadiem bersama rekannya Michaelangelo Moran ini mempunyai produk berupa layanan “ojek panggilan” Gojek. Tetapi masih menggunakan sistem sederhana alias manual. Saat itu, calon penumpang masih memesan manual via telepon dan kirim sms.

Dengan menjadi perantara yang menghubungkan para pengemudi ojek dan pelanggan, Nadiem berharap Gojek dapat membantu kedua belah pihak yang terlibat dalam jasa transportasi ojek tersebut. Hal ini dilandasi juga oleh pengamatannya bahwa dalam bisnis ojek ada semacam “inefisiensi pasar”. “Sering kali saat tidak dibutuhkan ada banyak (ojek) yang nongkrong, ketika butuh malah tidak ada,” katanya.

Tiga tahun kemudian, ia memutuskan keluar dari perusahaannya. Padahal saat itu jabatan Nadiem cukup strategis, sebagai Direktur E-Commerce.

Cerita Unik Masa Awal Gojek

Ketika pertama kali diperkenalkan terdapat tiga jenis layanan Go-Jek, yaitu transportasi, kurir, dan belanja barang. Jasa kurir merupakan layanan paling banyak digunakan pelanggan Go-Jek pada tahun 2015 silam. Saat itu, peraturan jenis barang yang boleh dikirim belum terlalu ketat. “Dulu pernah ada yang minta kirim ular piton. Hanya sekali itu saja kami terima kiriman binatang, setelah itu tidak pernah lagi, ha-ha-ha,” canda Nadiem. Setelah kejadian itu, jangan berpikiran untuk mengirim barang terlarang atau ilegal, karena yang demikian itu sudah jelas-jelas ditolak dalam persyaratan menggunakan Go-Jek. Pengiriman binatang hidup pun tidak diterima.

Cerita unik lain saat Gojek mulai beroperasi diungkap Riyanto. Riyanto adalah pengendara Go-Jek yang berdomisili di bilangan Tendean, Jakarta Selatan. Ia bercerita pernah diminta ngojek penumpang dari Jakarta ke Bali, dengan total bayaran mencapai jutaan rupiah, pada tahun 2015 silam. Ketika itu dia diminta menyusuri Pulau Jawa lewat jalur selatan. “Penumpangnya orang bule, sedang membuat dokumenter. Selesai itu kami naik pesawat kembali ke Jakarta, motornya dipaketkan. Sampai sekarang dia masih jadi pelanggan saya,” kata Riyanto.

Solusi Inovatif dengan Memakai Teknologi

Dari call center berkembang dengan aplikasi. Usaha Gojek dirintis sejak 2011, tetapi baru kemudian pada awal 2015 perusahaan Nadiem dkk itu meluncurkan aplikasi mobile pemesanan ojek untuk smartphone Android dan iPhone. Order ojek pun menjadi lebih mudah dibanding sebelumnya. Sebelumnya Gojek mengandalkan call center untuk menghubungkan pelanggan dengan pengendara ojek.

“Dulu itu, untuk cari pengendara yang available saja lamanya bisa 15 menit lewat call center karena ditelepon satu per satu. Nah, sekarang ‘manusia’ di tengah sudah dihilangkan sehingga bisa dipercepat,” ujar Nadiem. Cukup pesan lewat aplikasi, pengendara Go-Jek terdekat pun akan menghampiri calon penumpang dalam hitungan menit karena aplikasi ini turut dilengkapi kemampuan location service berbasis GPS. Pelanggan dapat memantau posisi pengendara yang menanggapi order, sementara pengendara dapat melihat order yang masuk serta lokasi pemesan untuk kemudian ditanggapi.

Selain transportasi penumpang, Go-Jek juga menyediakan jasa lain seperti pengiriman barang serupa kurir (Go Sent) dan shopping, termasuk pembelian makanan (Go Food) yang saat ini sudah akrab dan banyak dipakai para pengguna. Nadiem berharap Go-Jek nantinya dapat membantu semua penumpang ojek dalam menggunakan transportasi andalannya. Para tukang ojek pun tak perlu mangkal lagi karena cukup mengandalkan pesanan yang masuk dari smartphone. “Inilah the power of informal economy. Apa pun yang informal selalu bisa ditingkatkan dengan teknologi,” pungkas Nadiem.

Kesuksesan Gojek

Gojek berkembang pesat setelah meluncurkan aplikasi di ponsel pada awal 2015 tersebut. Kurun waktu 4 tahun dari awal pendirian.

Dalam perjalanannya, Sopir ojek Go-Jek di beberapa tempat sempat ada gesekan dengan Sopir ojek lokal. Para tukang ojek lokal/tradisional merasa kehadiran Gojek mengurangi pendapatan mereka.

Saat ini Nadiem Makarim pendiri Go-Jek telah membuktikan prestasi yang luar biasa, setidaknya ada lebih 10 ribu supir ojek yang tergabung dalam Go-Jek. Salah satu sumber peningkatan yang drastis berkat adanya aplikasi mobile berbasis Android.

Pertumbuhan 10 ribu Sopir ojek sangat cepat. Padahal di awal Januari 2015 saja, mitra Sopir ojek masih 1.000. Aplikasi mobile Go-Jek juga sudah diunduh sebanyak 400 ribu.

Ke depan, Nadiem Makarim ingin memperluas jangkauan Go-Jek ke seluruh Nusantara. Selain juga sambil melakukan ekspansi ke luar negeri. Harapan Nadiem Makarim pendiri Gojek adalah perusahaannya PT. Gojek bisa membantu serta melayani seluruh masyarakat Indonesia dimanapun mereka berada.

Model Bisnis Go-Jek

Model bisnis yang diterapkan Go-Jek adalah skema bagi hasil dengan supir ojek. Go-Jek hanya mengambil bagian 20% dan sisanya 80% adalah bagian pengendara ojek.

Go-Jek memberikan fasilitas cicilan kepada supir berupa jaket, helm dan HP Android. Terakhir terdapat pemberitaan bahwa Go-Jek juga memberikan perlindungan asuransi kesehatan dan kecelakaan kepada supir.

Membuka Lapangan Kerja Baru nan Padat Karya

Gojek sudah membuka lapangan kerja baru yang padat karya. Banyak orang-orang muda yang awalnya tidak punya penghasilan, saat ini sudah menghasilkan pendapatan yang cukup besar dengan menjadi pengemudi Gojek. Gojek telah berkontribusi nyata dalam mengurangi pengangguran di Indonesia.

Sebelum Sukses dengan Gojek, Nadiem Pernah Gagal Tiga Kali (Kunci Sukses)

Pendiri serta CEO Gojek Nadiem Anwar Makarim mengatakan peluang sukses buat perusahaan rintisan (start up) sangat kecil. Sebelum merintis Gojek, Nadiem mengaku pernah tiga kali gagal saat mendirikan perusahaan rintisan.

Menurut Nadiem, meski gagal harus tetap dicoba hingga berhasil. Orang-orang yang gagal namun tetap berusaha, merupakan calon pengusaha sukses. “Saya sendiri tidak pernah belajar lebih dari kesuksesan, selalu lebih banyak dari kegagalan,” ungkap lulusan Harvard Business School itu.

Agar dapat sukses mendirikan startup, menurut Nadiem dibutuhkan kegilaan. “Secara statistik, 92-95 persen startup akan gagal. Kita genapkan sajalah 90 persen,” kata bos Gojek ini di STIKOM The London School of Public Relations, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Mei 2018.

Mundur dari Go-Jek, Nadiem jadi Menteri Pendidikan

Beberapa tahun setelah memperkenalkan aplikasi Go-Jek ke publik, Nadiem kini telah resmi ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam pengumuman resmi di Istana Negara hari Rabu (23/10/2019). Dia memutuskan mundur dari posisinya sebagai CEO Go-Jek yang telah memiliki valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS itu. Jabatan Nadiem digantikan oleh Presiden Go-Jek Andre Soelistyo sebagai CEO dan co-founder Go-Jek Kevin Aluwi selaku co-CEO. Hingga Oktober 2018, Nadiem tercatat masih punya 58.416 lembar saham di Go-Jek. Jumlah itu setara dengan 4,81 persen dari keseluruhan saham sebanyak 1,21 juta lembar.

“Kita akan membuat terobosan-terobosan signifikan dalam pengembangan SDM, menyiapkan SDM siap kerja, link and match antara pendidikan dan industri,” ujar Presiden Joko Widodo saat memperkenalkan Nadiem sebagai Menteri Pendidikan di Istana Negara hari itu. Nadiem pun memperoleh sejumlah pekerjaan rumah. Seperti, memastikan tersedianya cukup talenta dalam menyambut era Industri 4.0 yang serba terkomputerisasi dan terhubung ke internet. Pendidikan adalah kunci dalam hal ini. Lalu ada juga persoalan hasil pendidikan yang dinilai belum memuaskan walau sudah mendapat alokasi 20 persen dari total APBN. Pada jabatan baru yang diembannya, Nadiem bakal berurusan dengan tantangan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia.

Sumber : Orklan.com

>>> Silahkan Share artikel diatas, dengan mengklik aplikasi di bawah ini ::

Mungkin Anda Menyukai