Masa pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia membuat sebagian besar orang terdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari semua sendi kehidupan, ekonomi menjadi salah satu dampak yang ditimbulkan khususnya bagi pelaku UMKM.
Mempertahankan kelangsungan usaha tanpa mengurangi karyawan menjadi sebuah tantangan besar yang dihadapi oleh para pelaku usaha di masa pandemi. Ketika beberapa usaha makro banyak merumahkan karyawan, pelaku UMKM justru muncul dan bertahan. Langkah inovasi ini juga diperlihatkan oleh pemilik usaha Yamie Panda asal kota Yogyakarta, Gabriel Bintang.
Gabriel memaparkan rumah makan miliknya sangat merasakan dampak di awal masa pandemi pada bulan Maret hingga Mei. Namun, Ia tidak ingin mengurangi SDM yang ada hingga akhirnya Ia mencoba mengubah pola kerja dengan sistem shifting.
“Saya emang sebisa mungkin gak mau ada PHK karyawan, jadi emang pas awal pandemi struggle banget hingga akhirnya pake sistem shifting. Yang semula harusnya sebulan masuk 24 hari kerja, diubah jadi 16 hari kerja,” ujar Gabriel dalam webinar “Inspirasi Wirausaha Mandiri” yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Komunitas Sahabat UMKM.
Sektor pariwisata di Kota Yogyakarta yang mengalami penurunan signifikan akibat pandemi, juga menjadi faktor penyebab Yamie Panda terkena imbas karena sepinya kunjungan wisatawan. Terlebih semenjak adanya PSBB dan banyak akses yang ditutup mengakibatkan penurunan omzet dan pendapatan dalam usahanya.
Namun semua kendala tersebut tidak membuat Gabriel patah semangat, Ia pun terus berinovasi dengan mempertahankan ciri khas produk dan tetap mengikuti permintaan konsumen terkait rasa dan varian produk yang diinginkan.
Salah satu inovasi yang Ia buat adalah dengan menghadirkan menu olahan Yamie Panda yang bisa dibuat secara langsung di rumah oleh konsumennya. Gabriel mengatakan, biasanya produk Yamie Panda itu diolah sendiri di tempat lalu disajikan ke konsumen. Hal ini Ia lakukan karena selama masa pandemi masih banyak masyarakat yang takut untuk keluar rumah.
Selanjutnya, Gabriel memanfaatkan media digital untuk memperluas usahanya. Tidak hanya berjualan secara offline, Ia pun mulai memperlajari untuk memasarkan produknya secara online. Mulai dari penjualan melalui media sosial Instagram hingga aplikasi TikTok.
“Beralih ke online memang menjadi solusi terbaik bagi para pelaku UMKM untuk dapat bertahan dari pandemi. Perubahan gaya hidup masyarakat akibat diterapkannya PSBB, menjadi belanja secara online, sebagai peluang untuk bertahan,” ungkapnya.
Upaya memperkuat kolaborasi juga menjadi hal penting bagi pelaku UMKM agar bisa bertahan saat pandemi. Menurutnya, melalui kolaborasi pelaku usaha dapat menghadapi tantangan yang tak mudah dengan saling bertukar informasi hingga solusi.
Maka dari itu, kolaborasi sesama antar pelaku usaha juga perlu penyesuaian model bisnis hingga memodifikasi produk dengan melihat kebutuhan pelangga pada masa pandemic saat ini.
Sebagai penutup, Gabriel juga memberikan beberapa tips bagi pelaku usaha yang baru memulai bisnisnya di tengah pandemi yaitu hadirkan ide bisnis yang potensial, membuat perencanaan (planning) yang fleksibel, fokus pada produk dan jasa secara digital, serta memanfaatkan kemudahan akses permodalan yang sudah ada.
Sumber : sahabatumkm.id