Akademi UMKM – Untuk menanggulangi Covid-19 yang sedang merebak di Indonesia, kita memerlukan tenaga kesehatan yang memadai, terampil dan berdedikasi. Meski beberapa dokter dan perawat serta tenaga kesehatan lain sudah ada yang terinfeksi namun semangat nakes di Indonesia cukup tinggi.
Mereka bekerja di unit masing-masing termasuk dinas pada sore dan malam hari. Layanan kesehatan tidak dapat berhenti bahkan sekarang makin diperlukan peningkatan layanan sesuai kebutuhan masyarakat.
Rumah Sakit Sementara
Jumlah dokter, dokter gigi, perawat, bidan, farmasi, dll di Indonesia sekitar 700 ribu orang. Mereka tersebar di seluruh Indonesia baik di Puskesmas, rumah sakit atau klinik swasta.
Dengan meningkatnya kasus Covid19 yang perlu dirawat, pemerintah berusaha menambah jumlah tempat tidur untuk perawatan Covid-19 ini.
RS Persahabatan salah satu rumah sakit rujukan nasional akan diutamakan untuk perawatan pasien Covid19. Wisma atlit dan hotel Pertamina akan dirubah jadi rumah sakit (sementara). Kebutuhan tempat tidur pelayanan untuk pasien Covid19 di Indonesia tak dapat dilepaskan dari ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai.
Jika kita merubah rumah sakit persahabatan menjadi rumah sakit khusus Covid-19 maka tenaga kesehatan dengan berbagai latar belakang spesialisasi harus dimanfaatkan untuk merawat pasien Covid-19. Ini tidak mudah namun masih bisa diusahakan.
Sebaliknya rumah sakit baru Wisma Atlit dan hotel Pertamina memerlukan peralatan medis, tenaga kesehatan, administrasi serta persyaratan lingkungan untuk rumah sakit seperti pembuangan limbah medis, insenerator, dll. Dalam keadaan darurat memang beberapa peraturan dapat diabaikan namun kita tetap harus menghitung cost effectiveness dan mutu layanan.
Suara Profesi Kesehatan
Terlepas dari semua tantangan yang kita hadapi, profesi kesehatan harus mempunyai suara yang lebih lantang agar dapat melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang perlu pertimbangan dari profesi kesehatan. Jangan profesi kesehatan hanya menjadi objek kebijaksanaan, kebijaksanaan yang mereka tidak ikut membahasnya.
Salah satu contoh adalah pembangunan rumah sakit 1000 tempat tidur di Pulau Galang. Seharusnya profesi kedokteran, kesehatan dan rumah sakit memberi pendapat yang jelas tentang tantangan dan manfaat pembangunan rumah sakit tersebut.
Pengaturan Tenaga Kesehatan
Pada setiap bencana sudah biasa tenaga kesehatan dimobilisasi sesuai dengan kebutuhan. Mereka harus melaksanakan tugas kemanusiaan. Kita punya waktu beberapa hari untuk menata pemanfaatan tenaga kesehatan. Jangan setiap instansi meminta tenaga kesehatan ke rumah sakit atau profesi tanpa perencanaan yang menyeluruh.
Kalangan kesehatan sendiri perlu membuat perencanaan menyeluruh untuk pemanfaatan tenaga kesehatan menghadapi Covid-19 ini. Kita juga mempunyai tenaga kesehatan berupa cadangan yaitu tenaga kesehatan yang baru lulus dan belum mempunyai nomor registrasi.
Bahkan kita juga dapat memanfaatkan tenaga yang hampir lulus dalam posisi tertentu untuk mendukung layanan kesehatan. Semua harus dihitung dan dibuat simulasinya.
Saatnya profesi kesehatan lebih terlibat
Di samping itu perlu ada kajian untuk memanfaatkan dan menambah tempat tidur rumah sakit yang ada dibandingkan dengan membangun rumah sakit baru atau menyulap hotel menjadi rumah sakit. Rumah sakit merupakan layanan yang padat tenaga kerja terampil, padat alat kedokteran dan mempunyai sistem kerja yang unik.
Kita dapat membuat rumah sakit lapangan berupa tenda darurat atau merubah hotel namun kita harus menyadari itu hanyalah pada keadaan yang amat mendesak. Rumah sakit lapangan sifatnya hanya sementara.
Kita harus memperkuat rumah sakit yang ada sehingga mutu layanan dapat dipelihara. Salah satu yang harus dipikirkan dari sekarang adalah kebutuhan ventilator untuk perawatan pasien Covid-19 sakit berat.
Bagaimana menambah ventilator apakah kita dapat membeli atau meminta bantuan negara sahabat. Sudah saatnya profesi kedokteran dan kesehatan lebih terlibat dalam membuat kebijaksanaan dalam bidang kesehatan.
Oleh : Samsuridjal Djauzi